Mengenal "Penyang" jimat Suku Dayak Ngaju


Beseputkalteng.blogspot.com, Di masa lalu, ketika masih sering terjadi permusuhan dan penyerangan di antara masing-masing kelompok subsuku, atau pada peristiwa-peristiwa pengayauan, Penyang ini merupakan salah satu alat alat untuk mempersenjatai atau melindungi diri yang dipercaya oleh masyarakat Dayak Ngaju kekuatan gaib yang  dapat menyelamatkan pemakainya dari serangan musuh.


Sebagian besar Suku Dayak meyakini penyang dihuni Jata Lalunjung Panjang yang bertempat tinggal di langit ketiga. Karenanya, Suku Dayak yakin penyang memberikan kekuatan gaib dan kemampuan khusus. Seperti bisa membuat kebal, menjadi berani, dan lain sebagainya.


Tidak cuma itu, Penyang asli tersebut cenderung berusia lebih tua dari pemiliknya, karena benda itu merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang mereka. ada pula, penyang juga didapat Kumpulan ilmu yang didapat dari alam lampahan diyakini mampu menolak bala, bencana, mengobati orang sakit, menghindari gangguan makhluk halus, dan lain-lain.


Bentuknya bermacam-macam. Ada yang berupa kayu-kayuan/akarakaran, batu-batuan, botol-botol kecil yg berisi minyak yang tertutup rapat, juga taring binatang,cangkang kerang, patung-patung bahkan tulang tengkorak manusia, dimana barang-barang ini diyakini oleh orang Dayak mengandung kekuatan magis


Biasanya pemilik penyang menjadikan jimat itu sebagai mata kalung atau diikat dipinggang dan diikat bergelantungan pada sarung mandau.


Namun, pemilik penyang harus berhati-hati dalam menja'ga jimat tersebut. Sebab, ada pantangan yang tidak boleh dilanggar. Salah satu pantangan yang paling umum ialah dilarang di'langkahi dan Pantangan lainnya jangan mempermainkan dan menganggap sepele penyang, juga jangan mentertawakan si pemakai penyang didepan umum karena penyang adalah lambang keberanian artinya dengan menghina penyang sama saja menghina suku dan hukum Dayak.


pada zaman dulunya apabila orang dayak sudah beranjak dewasa, wajib mereka untuk berburu, hasil buruan binatang buas berupa beruang, harimau, buaya dll, taring akan dikumpulkan karena dipercayai semakin banyak taring yg dikumpulkan makin tinggi keberanian pemilik penyang tersebut dan itu dijadikan benda sakral yg bisa dijadikan penyang, disamping itu dalam keyakinan Dayak Ngaju setiap makhluk hidup yang dibunuh baik itu juga manusia maka ia harus mengambil salah satu bagian tubuhnya atau memakan hatinya atau menjilat sedikit darahnya dan menggosokan dikening supaya roh korban tidak mengganggu.


Pembuatan penyang bahan  yg dikumpulan terlebih dulu harus dibersihkan, dan dikeringkan terlebih dahulu Bahan pembuat penyang yang lain adalah tali yang memiliki struktur kuat. Tali ini kemudian dipintal sebagai tempat untuk merangkai taring-taring tersebut. Taring-taring binatang yang sudah diberi lubang di kedua sisinya, satu persatu dirangkai dengan tali, sehingga semua taring tadi menjadi satu. Untuk menambah keindahan dari penyang itu, pada bagian talinya dapat dihiasi dengan manik-manik dari kulit kerang.


 Namun dalam perkembangannya kini, sudah jarang jarang lagi orang membuat penyang dari taring binatang. Dengan kata lain, sekarang sudah terjadi modifikasi pada pembuatan penyang, dengan bahan dasar dari batu dan kerang-kerang. 


PENYANG berbeda dengan BATSAL / BASAL – biasanya basal terdiri atas rajah atau barang-barang bertuah yang dibungkus di dalam kain sabuk, sehingga dari luar tidak dapat dilihat langsung. Basal biasanya berbentuk sabuk berbungkus yang dapat dilipat, dan terdiri dari beberapa lipatan, antara lain 7, 9, dan maksimal 41 lipatan.


Fungsi penyang juga sudah mengalami perubahan. Jika di masa lalu penyang hanya dijadikan sebagai jimat pelindung diri, maka di masa sekarang penyang lazim digunakan oleh pemuka adat pada Suku Dayak sebagai pelengkap pakaian di saat pelaksanaan upacara adat, ataupun hiasan saat menampilkan tari-tarian. 

Oleh karena itu untuk memperkenalkan salah satu karya budaya nenek moyang Suku Dayak, maka penyang yang telah dianggap sebagai barang antik itu sekarang disimpan di Museum Balanga, Palangkaraya.

Sumber : wikipedia & warisan budaya kemendikbud

.

Post a Comment

أحدث أقدم